Makalah Tentang Makna Berbuat Baik
dalam Kehidupan Manusia
Di Susun Oleh :
KELOMPOK 1 :
Yenda Putri Oktama
Atek Utriza Putri
Olivia Gustina
Agnes Afdi Pratama
Yeki Adi Putra
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMAN 7 BENGKULU SELATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Tentang Makna Berbuat Baik dalam Kehidupan
Manusia”.
Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini,
khususnya kepada semua pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah
ini.
Seginim.
Juli 2019
Penulis
DAFTAR
ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
BAB
II PEMBAHASAN
BAB
III PENUTUP
Kesimpulan
Kritik
dan saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam Islam telah di gambarkan proses kejadian
manusia yang sejalan dengan hasil penelitian di bidang ilmu pengetahuan modern.
Menurut asal kejadiannya manusia itu adalah bersaudara. Semua manusia terdiri
dan unsur jasmasni dan rohani. Jasmani adalah unsur yang dapat dilihat dan
disentuh oleh panca Indera, sedangkan rohani merupakan unsur yang tidak dilihat
dan disentuh panca indera. Jamani adalah bagian manusia yang melakukan gerakan
fisik seperti : bernafas, makan, minum, berjalan dll. Sedangkan rohani melakukan
aktifitas berfikir, yang mendorong manusia membedakan yang baik dan yang
buruk. dalam kenyataannya terjadi perbedaan dalam taraf kehidupannya. hal ini
disebabkan ada perbedaan dalam kekuatan fisik, kecerdasan, akal, pendidikan,
dan juga usahanya. Namun demikian perbedaan yang ada menjadikan mereka itu
saling membantu, tolong menolong dalam hal kebaikan .
Kebutuhan Hidup manusia secara umum terbagi dua, ada
yang bersifat bersifat materiil seperti sandang, pangan, dan papan; dan
ada pula yang bersifat nonmateriil seperti pendidikan, kesehatan, keamanan,
kenyamanan, hiburan, dan kebersamaan yang membutuhkan antara satu dan yang
lainnya.
Dalam Al-Qur’an manusia menempati kedudukan yang
istimewa dalam alam semesta ini untuk menguasainya atau mengusahakan
kebutuhannya, manusia dianugrahi oleh Allah Kesempurnaan sebagai khalifah
dimuka bumi. Dengan itu manusia dapat melaksanakan fungsinya sebagai
khalifah di muka bumi dan beribadah kepada Allah SWT. Karena kebutuhan hidup
itu harus diusahakan, maka berbagai sarana dan prasarana yang mengacu kepada
terpenuhinya kebutuhah itu harus diusahakan pula, seperti pendidikan, gedung
sekolah, untuk, makanan adalah pabrik makanan, dan sebagainya Manusia
Arti Hidup Bersikap baik Terhadap Sesama
Dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia
tidak mungkin dapat melepaskan hubungannya dengan sesama manusia. Sebagai
contoh manusia dalam memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, kita memerlukan
orang lain yang menyiapkan makanan dan pakaian itu untuk kita dengan cara menukar
(barter) membeli dan sebagainya. mungkin dalam memenuhi kebutuhan pendidikan,
kita memerlukan orang yang lebih ahli untuk mengajar kita, karena tidak mungkin
suatu keahlian datang dengan sendirinya tanpa kita belajar dari orang lain.
Manusia sebagai makhluk Zone Politicon tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain hubungan ini akan selalu saling terkait tidak mungkin dapat
dipisahkan dari berbagai kebutuhan hidup manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
Kita dapat melihat bahwa tolong-menolong perlu
dilakukan tidak hanya terbatas di antara sesama orang Islam saja, melainkan
juga dengan sesama manusia pada umumnya.
Sebagai manusia, kita banyak memiliki kelemahan di
samping keistimewaan . Sebagai contoh ketika sakit, kita memerlukan pertolongan
dokter yang membantu mengobatinya. Demikian pula ketika kita hendak menuju ke
suatu tempat yang jauh kita memerlukan peralatan transportasi, demikian
seterusnya.
Saling Tolong Menolong
Tolong-menolong tersebut terbatas kepada hal-hal
yang bersifat positif saja, tidak pada yang negatif. Misalnya kita tidak boleh
menolong si penjahat untuk memudahkan ia melakukan kejahatannya. Demikian pula
kita tidak boleh menolong orang lain menunjukkan tempat yang di dalamnya
terdapat kemaksiatan. Karena menolong yang demikian sama artinya dengan kita
menjerumuskan orang lain, bahkan menjerumuskan diri sendiri.
Tolong-menolong akan lebih diperlukan lagi dalam
hidup bertetangga, baik tetangga di tempat kita tinggal, di kantor, di tempat
bermain, dan sebagainya. Dalam hidup bertetangga misalnya kita memerlukan
pertolongan orang lain ketika di rumah kita terdapat musibah kebakaran,
kematian dan sebagainya. Alangkah sedihnya manakala kita mendapat musibah
sementâra tetangga kita malah menertawakannya atau malah sengaja menambah
beban. Ini semua memerlukan pertolongan orang lain. Pertolongan itu baru akan
tercipta manakala kita juga mau menolong orang lain. Karena itu kita tidak
hanya mengharapkan pertolongan orang lain saja, melainkan kita juga harus mau
menolongnya. Untuk itu, maka perlu saling menolong. Dengan cara seperti itu,
maka berbagai kesulitan yang dialami oleh sesama manusia akan dapat diatasi.
dapat kita lihat ayat Al Quran berikut :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Janganlah
suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi inereka (yang
diolok-olok,) lebih baik dan mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula
wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita yang lain (karena) boleh Jadi wanita
(yang diolok-olokkan,) lebih baik dan wanita (yang mengolok-olokkan,) dan
Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil
dengan julukan-Julukan yang buruk’. (Q.S. 49: 11).
Pada terjemahan ayat di atas terdapat larangan
saling mengolok-olokkan, karena hal itu dapat merenggangkan hubungan di antara
sesama manusia, dan akhirnya juga mempersulit dirinya masing-masing. Orang yang
mengolok-olok tidak selamanya dalam kejayaan, demikian pula orang yang
diolok-olok pun tidak pula selamanya hidup susah. Suatu saat bisa saja
keadaannya berbalik. Jika ini terjadi, maka yang mengolok-olok tadi akan merasa
malu dan kesulitan meminta bantuan kepada orang yang pernah diolok-olok.
Mengolok-olok itu biasa dilakukan dengan kata-kata,
karena kata-kata memang amat mudah diucapkan, dan seringkali menjadi sumber
pertengkaran dan permusuhan. Larangan tersebut dimaksudkan agar manusia justru
mengembangkan sikap saling mengormati. Dalam hal ini terdapat aturan-aturan
yang harus dilakukan, yaitu seorang siswa hormat kepada tetangganya, seorang
penduduk suatu tanah air, hormat pada tanah ainya, dan sebagai suatu bangsa
hormat pada bangsanya, dan sebagai penganut agama,
hormat pada agamanya, demikian seterusnya.
Hormat kepada guru, karena dialah yang mengajar
seseorang membaca, menulis, memberikan ilmu pengetahuan, mendidik jiwa, melatib
otak, menunjuki kepada kebaikan dan kebahagiaan.
Adapun hormat kepada kedua orang tua, karena
keduanya memelihara jasad seseorang, merawat badan, memberi makan, membiayai
pendidikan, memberikan tempat tinggal, dan kebutuhan hidup lainnya. Sedangkan
hormat kepada sahabat atau teman, karena teman tempat seseorang mengadukan
masalahnya, dimintai pendapatnya, meminta pengakuannya, dan menolongnya di kala
dalam kesusahan. Demikian pula hormat kepada tetangga karena tetanggalah orang
yang terdekat dengan kita di mana kita berada. Tetanggalah yang pertama kali
memberikan pertolongan terhadap kesulitan yang kita jumpai. Seseorang juga
harus hormat kepada tanah airnya, karena tanah airnya itulah yang memberikan
kepadanya tempat untuk tumbuh dan berkembang. Demikian pula hormat kepada
bangsa, karena bangsa itulah yang telah ikut memberikan pengorbanan bagi
keselamatannya. Seseorang hormat kepada agamanya karena agama itulah yang telah
menunjukkan kcpadanya tentang cara hidup yang baik dan bermoral guna mencapai
tujuan hidupnya bahagia dunia dan akhirat. Inilah makna atau arti hidup yang
hakiki, yaitu hidup dalam suasana saling menghormati dengan sesamanya dan
dengan berbagai unsur lainnya yang telah ikut serta memberikan bantuan terhadap
pencapaian kebutuhan hidupnya dalam arti yang seluas-luasnya. Tanpa
mengembangkan sikap saling menghormati, maka yang terjadi adalah
ketegangan-ketegangan dan konflik yang dapat membahayakan dirinya
masing-masing.
Saling Menasehati
Saling menasihati sebenarnya termasuk bagian dan
saling menolong. Menasehati Namun saling menasihati sifatnya lebih khusus
kepada saling tolong-menolong kepada hal-hal yang lebih bersifat pemikiran dan
gagasan-gagasan guna memecahkan berbagai kesulitan yang dihadapi. firman Allah
berikut:
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal salih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan
nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran “
Terjemahan ayat di atas dapat kita melihat bahwa
seseorang siapa pun dia, akan merugi, kecuali apabila ia mempercayai adanya
Tuhan (beriman), beramal salih, dan saling menasihati.
Padangan Islam mengenai arti hidup, sangat berlainan
dengan pandangan orang-orang yang berpandangan kebendaan semata-mata
(materialistis). Menurut ajaran Islam yang bersumber pada Al Quran dan Hadis,
bahwa pandangan Islam mengenai arti bidup itu datang untuk menenteramkan
pikiran manusia, dan menuntun hidup secara hakiki, hidup jasmani dan hidup
rohani. Sekaligus memberi jawaban, bahwa hidup secara jasmani tidak lebih
sebagai sarana, sedangkan hidup secara rohani adalah sebagai arah yang dituju.
Dengan demikian tujuan hidup manusia menurut Islam adalah mengarahkan diri
untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat, jasmani dan rohani, yang dalam pelaksanaannya,
materi sebagai alat, sedangkan rohani sebagai pengarah.
Bila tujuan hidup manusia hanya semata-mata materi,
atau dunia, maka membimbing anak tidak terlalu penting ditujukan kepada
pendidikan moral. Karena bila harta dunia telah kita capai, apakah gunanya
kepentingan moral dan etika ? Moral dan etika hanyalah sekedar basa-basi saja.
Yang penting adalah kecerdasan dan intelektual serta kesenangan duniawi dan
kemasyuran. Setelah tujuan tersebut kita capai, orang lain pasti menaruh hormat
dan menundukkan kepala kepada kita.
Tetapi bila tujuan hidup kita baik dunia maupun
akhirat demi keridhaan Allah, maka membimbing anak merupakan suatu hal yang
teramat penting, dan tentu saja pendidikan anak kita tujukan terhadap titik
tumpu dan tujuan yang diridhoi Allah, yakni agar menjadi manusia yang taqwa dan
selamat sejahtera dunia akhirat.
Dengan demikian, maka bimbingan mestinya sinkron,
antara dua tujuan, yaitu dunia dan akhirat, karena sabda Rasulullah SAW.
Artinya: “Bukan orang yang balk yang meninggalkan
dunianya, karena meneari akhirat dan bukan orang yang baik yang meninggalkan
akhirat karena dunianya. Artinya Orang yang baik ialah yang
mengumpulkan (menggabungkan) dunia dan akhirat. Sebaik baik alat penghubung
yang dapat menyampaikan kamu ke akhirat ialah dunia. Dan janganlah kamu
merepotkan orang lain. (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir).
Dengan demikian, kalau seseorang mempunyai anak
dengan tujuan sekedar pelampiasan nafsu biologis saja, maka apakah bedanya
dengan bangsa binatang? Orang yang baik selalu memperhitungkan laku
perbuatannya di dalarn membimbing anaknya. Apakah Ia telah mengikuti garis
lurus ataukah menyimpang dan jalan yang benar. Karena anak adalah suatu proyek
dan sebagian hidup kita.
Jelaslah sudah bahwa tujuan hidup kita ialah
lahirnya manusia-manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Untuk mencapai tujuan
ini, maka bimbingan kepada manusia, sejak kanak-kanak merupakan syarat mutlak
bagi suatu keluarga. Beban ini tidak bisa tawar-menawar lagi, karena merupakan
sebagian dan hidup dan merupakan sebagian dan bukti ketaqwaannya kepada Allah
SWT. Dalam hal ini, ia berarti telah melaksanakan fungsinya, yaitu beribadah
kepada Allah SWT, dalam arti yang seluas-luasnya, sesuai dengan firrnan Allah
SWT:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan fin dan manusia
melainkan supaya
mereka menyembah-Ku” (Q.S. 51 . 56).
Dengan melihat uraian atas, Anda telah memahami
tujuan hidup manusia yang dalam pencapaian tujuan tersebut ternyata pendidikan
memegang peranan amat penting, terutama pendidikan yang berkaitan dengan moral,
etika, dan budi pekerti yang luhur.
Masalah berikutnya adalah bagaimana langkah-langkah
atau cara-cara yang harus ditempuh dalam mewujudkan tujuan tersebut melalui
pendidikan.
Untuk mencapai kebutuhan hidup, manusia mau tidak
mau ia harus menjalin hubungam dengan orang lain yaitu melakukan kerjasama,
tolong-menolong, saling menghormati dan menasihati. Hal tersebut dilakukan
dengan cara-cara yang sudah diatur dalam agama seperti adab kesipanan atau
akhlakul karimah dengan tetangga, guru, orang tua,: teman dan sebagainya.
Dengan cara demikian, manusia akan mencapai arti dan
hakekat idupnya berupa kebahagtaan yang hakiki, lahiriah dan batiniah Dengan
itu kemudian manusia dapat dengan tenang melaksanakan tujuan hidupnya yaitu
melakukan penmgabdian kepada Allah
Memelihara Kelestarian Alam Sekitarnya
Alam dan isinya diciptakn Allah untuk kepentingan
manusia Allah maha adil lagi maha bijaksana. Sebelum menciptakan manusia Ia
telah menciptakan langit dan bumi lengkap dengan isinya untuk kepentingan
manusia. Selain itu Allah telah pula melengkapi manusia dengan akal. Dengan
akal manusia dapat memanfaatkan alam lingkungannya dan untuk kesejahteraan
hidupnya. Dengan demikian manusia dapat memperoleh kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat kelah.
Di negara kita yang subur ini Allah telah
menganugerahkan berbagai jenis tumbuhan dan binatang yang dapat kita
manfaatkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk tumbuhan dapat
kita ambil obat-obatan, rumah,dan makanan sehari-hari dan sebagainya. Allah
menyediakan kekayaan yang tidak terdapat di daerah lain, semua di serahkan
kepada manusia. Allah sudah memberikan akal kepada manusia. Mampu dan maukah
manusia menggunakan akalnya ? jawabnya ada pada manusia itu sendiri
“ Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian
di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan”.
Allah telah menurunkan nikmatnya begitu banyak tidak
mungkin manusia dapat menghitungnya. Oleh karena itu manusia wajib bersyukur
kepada-Nya dengan cara menjaganya agar kelestariannya tetap terjaga. Jika salah
satu bagian terganggu maka akan mempengaruhi bagian yang lain.
Manusia dapat memanfaatkan alam sekitarnya untuk
kebutuhan hidupnya dengan tanpa merusaknya agar Allah tetap lestari. Jika kita
syukuri maka akan limpahkan nikmat Allah kepada kita.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Masih terlalu banyak hal-hal yang belum terpenuhi
dari kebutuhan manusia di muka bumi ini sebagai mana sifat manusia yang tidak
pernah merasa puas dengan hasil kerja kerasnya, hal ini adalah salah satu
Qodrat manusia yang diciptakan untuk tidak saling melepaskan antara satu dengan
yang lainnya, keterkaitan ini adalah merupakan simbol bahwa manusia itu
diciptakan agar saling mengenal, menyanyangi, mengayomi, memberikan bantuan
kepada yang membutuhkan. Sebagai makhluk yang paling sempurna yang dilengkapi
akal dan fikiran maka sangat wajar jika manusia juga memikirkan sesama dan alam
sekitarnya. Untuk kelangsungan hidup yang lebih mapan tanpa harus saling
menjatuhkan dan menindas kaum yang lemah.
Kritik
dan saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekeliruan didalamnya serta tidak
terstrukturnya pola pembahasan yang kami paparkan. Satu hal yang kami pahami
bahwa tiada manusia yang sempurna tanpa kesalahan dengan segala yang
dimilikinya. Oleh karena itu demi kesempurnaan isi makalah ini, dengan segala
kerendahan hati kami memerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun,
berpijak dari itu makalah yang sederhana ini dapat menambah wawasan keilmuan
terutama generasi Islam di masa yang akan datang.
No comments:
Post a Comment