Wednesday, July 31, 2019

Makalah Tentang Makna Berbuat Baik dalam Kehidupan Manusia II Lengkap dari Cover samapai Penutup


Makalah Tentang Makna Berbuat Baik dalam Kehidupan Manusia

Description: Description: Hasil gambar untuk logo sman 7 bengkulu selatan
 











Di Susun Oleh :
KELOMPOK 1 :
Yenda Putri Oktama
Atek Utriza Putri
Olivia Gustina
Agnes Afdi Pratama
Yeki Adi Putra






DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMAN 7 BENGKULU SELATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Tentang Makna Berbuat Baik dalam Kehidupan Manusia”.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini, khususnya kepada semua pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini.

Seginim.             Juli  2019
Penulis









DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Kritik dan saran

DAFTAR PUSTAKA










BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam Islam telah di gambarkan proses kejadian manusia yang sejalan dengan hasil penelitian di bidang ilmu pengetahuan modern. Menurut asal kejadiannya manusia itu adalah bersaudara. Semua manusia terdiri dan unsur jasmasni dan rohani. Jasmani adalah unsur yang dapat dilihat dan disentuh oleh panca Indera, sedangkan rohani merupakan unsur yang tidak dilihat dan disentuh panca indera. Jamani adalah bagian manusia yang melakukan gerakan fisik seperti : bernafas, makan, minum, berjalan dll. Sedangkan rohani melakukan aktifitas berfikir, yang mendorong manusia membedakan yang baik dan yang  buruk. dalam kenyataannya terjadi perbedaan dalam taraf kehidupannya. hal ini disebabkan ada perbedaan dalam kekuatan fisik, kecerdasan, akal, pendidikan, dan juga usahanya. Namun demikian perbedaan yang ada menjadikan mereka itu saling membantu, tolong menolong dalam hal kebaikan .
Kebutuhan Hidup manusia secara umum terbagi dua, ada yang bersifat bersifat materiil  seperti sandang, pangan, dan papan; dan ada pula yang bersifat nonmateriil seperti pendidikan, kesehatan, keamanan, kenyamanan, hiburan, dan kebersamaan yang membutuhkan antara satu dan yang lainnya.
Dalam Al-Qur’an manusia menempati kedudukan yang istimewa dalam alam semesta ini untuk menguasainya atau mengusahakan kebutuhannya, manusia dianugrahi oleh Allah Kesempurnaan sebagai khalifah dimuka bumi. Dengan  itu manusia dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dan beribadah kepada Allah SWT. Karena kebutuhan hidup itu harus diusahakan, maka berbagai sarana dan prasarana yang mengacu kepada terpenuhinya kebutuhah itu harus diusahakan pula, seperti pendidikan, gedung sekolah, untuk, makanan adalah pabrik makanan, dan sebagainya Manusia
Arti Hidup Bersikap baik Terhadap Sesama
Dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak mungkin dapat melepaskan hubungannya dengan sesama manusia. Sebagai contoh manusia dalam memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, kita memerlukan orang lain yang menyiapkan makanan dan pakaian itu untuk kita dengan cara menukar (barter) membeli dan sebagainya. mungkin dalam memenuhi kebutuhan pendidikan, kita memerlukan orang yang lebih ahli untuk mengajar kita, karena tidak mungkin suatu keahlian datang dengan sendirinya tanpa kita belajar dari orang lain. Manusia sebagai makhluk Zone Politicon tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain hubungan ini akan selalu saling terkait  tidak mungkin dapat dipisahkan dari berbagai kebutuhan hidup manusia.

BAB II
PEMBAHASAN

Kita dapat melihat bahwa tolong-menolong perlu dilakukan tidak hanya terbatas di antara sesama orang Islam saja, melainkan juga dengan sesama manusia pada umumnya.
Sebagai manusia, kita banyak memiliki kelemahan di samping keistimewaan . Sebagai contoh ketika sakit, kita memerlukan pertolongan dokter yang membantu mengobatinya. Demikian pula ketika kita hendak menuju ke suatu tempat yang jauh kita memerlukan peralatan transportasi, demikian seterusnya.
Saling Tolong Menolong
Tolong-menolong tersebut terbatas kepada hal-hal yang bersifat positif saja, tidak pada yang negatif. Misalnya kita tidak boleh menolong si penjahat untuk memudahkan ia melakukan kejahatannya. Demikian pula kita tidak boleh menolong orang lain menunjukkan tempat yang di dalamnya terdapat kemaksiatan. Karena menolong yang demikian sama artinya dengan kita menjerumuskan orang lain, bahkan menjerumuskan diri  sendiri.
Tolong-menolong akan lebih diperlukan lagi dalam hidup bertetangga, baik tetangga di tempat kita tinggal, di kantor, di tempat bermain, dan sebagainya. Dalam hidup bertetangga misalnya kita memerlukan pertolongan orang lain ketika di rumah kita terdapat musibah kebakaran, kematian dan sebagainya. Alangkah sedihnya manakala kita mendapat musibah sementâra tetangga kita malah menertawakannya atau malah sengaja menambah beban. Ini semua memerlukan pertolongan orang lain. Pertolongan itu baru akan tercipta manakala kita juga mau menolong orang lain. Karena itu kita tidak hanya mengharapkan pertolongan orang lain saja, melainkan kita juga harus mau menolongnya. Untuk itu, maka perlu saling menolong. Dengan cara seperti itu, maka berbagai kesulitan yang dialami oleh sesama manusia akan dapat diatasi.
dapat kita lihat ayat Al Quran berikut :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi inereka (yang diolok-olok,) lebih baik dan mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita yang lain (karena) boleh Jadi wanita (yang diolok-olokkan,) lebih baik dan wanita (yang mengolok-olokkan,) dan Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan julukan-Julukan yang buruk’. (Q.S. 49: 11).
Pada terjemahan ayat di atas terdapat larangan saling mengolok-olokkan, karena hal itu dapat merenggangkan hubungan di antara sesama manusia, dan akhirnya juga mempersulit dirinya masing-masing. Orang yang mengolok-olok tidak selamanya dalam kejayaan, demikian pula orang yang diolok-olok pun tidak pula selamanya hidup susah. Suatu saat bisa saja keadaannya berbalik. Jika ini terjadi, maka yang mengolok-olok tadi akan merasa malu dan kesulitan meminta bantuan kepada orang yang pernah diolok-olok.
Mengolok-olok itu biasa dilakukan dengan kata-kata, karena kata-kata memang amat mudah diucapkan, dan seringkali menjadi sumber pertengkaran dan permusuhan. Larangan tersebut dimaksudkan agar manusia justru mengembangkan sikap saling mengormati. Dalam hal ini terdapat aturan-aturan yang harus dilakukan, yaitu seorang siswa hormat kepada tetangganya, seorang penduduk suatu tanah air, hormat pada tanah ainya, dan sebagai suatu bangsa
hormat pada bangsanya, dan sebagai penganut agama, hormat pada agamanya, demikian seterusnya.
Hormat kepada guru, karena dialah yang mengajar seseorang membaca, menulis, memberikan ilmu pengetahuan, mendidik jiwa, melatib otak, menunjuki kepada kebaikan dan kebahagiaan.
Adapun hormat kepada kedua orang tua, karena keduanya memelihara jasad seseorang, merawat badan, memberi makan, membiayai pendidikan, memberikan tempat tinggal, dan kebutuhan hidup lainnya. Sedangkan hormat kepada sahabat atau teman, karena teman tempat seseorang mengadukan masalahnya, dimintai pendapatnya, meminta pengakuannya, dan menolongnya di kala dalam kesusahan. Demikian pula hormat kepada tetangga karena tetanggalah orang yang terdekat dengan kita di mana kita berada. Tetanggalah yang pertama kali memberikan pertolongan terhadap kesulitan yang kita jumpai. Seseorang juga harus hormat kepada tanah airnya, karena tanah airnya itulah yang memberikan kepadanya tempat untuk tumbuh dan berkembang. Demikian pula hormat kepada bangsa, karena bangsa itulah yang telah ikut memberikan  pengorbanan bagi keselamatannya. Seseorang hormat kepada agamanya karena agama itulah yang telah menunjukkan kcpadanya tentang cara hidup yang baik dan bermoral guna mencapai tujuan hidupnya bahagia dunia dan akhirat. Inilah makna atau arti hidup yang hakiki, yaitu hidup dalam suasana saling menghormati dengan sesamanya dan dengan berbagai unsur lainnya yang telah ikut serta memberikan bantuan terhadap pencapaian kebutuhan hidupnya dalam arti yang seluas-luasnya. Tanpa mengembangkan sikap saling menghormati, maka yang terjadi adalah ketegangan-ketegangan dan konflik yang dapat membahayakan dirinya masing-masing.
Saling Menasehati
Saling menasihati sebenarnya termasuk bagian dan saling menolong. Menasehati Namun saling menasihati sifatnya lebih khusus kepada saling tolong-menolong kepada hal-hal yang lebih bersifat pemikiran dan gagasan-gagasan guna memecahkan berbagai kesulitan yang dihadapi. firman Allah berikut:
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran “
Terjemahan ayat di atas dapat kita melihat bahwa seseorang siapa pun dia, akan merugi, kecuali apabila ia mempercayai adanya Tuhan (beriman), beramal salih, dan saling menasihati.
Padangan Islam mengenai arti hidup, sangat berlainan dengan pandangan orang-orang yang berpandangan kebendaan semata-mata (materialistis). Menurut ajaran Islam yang bersumber pada Al Quran dan Hadis, bahwa pandangan Islam mengenai arti bidup itu datang untuk menenteramkan pikiran manusia, dan menuntun hidup secara hakiki, hidup jasmani dan hidup rohani. Sekaligus memberi jawaban, bahwa hidup secara jasmani tidak lebih sebagai sarana, sedangkan hidup secara rohani adalah sebagai arah yang dituju. Dengan demikian tujuan hidup manusia menurut Islam adalah mengarahkan diri untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat, jasmani dan rohani, yang dalam pelaksanaannya, materi sebagai alat, sedangkan rohani sebagai pengarah.
Bila tujuan hidup manusia hanya semata-mata materi, atau dunia, maka membimbing anak tidak terlalu penting ditujukan kepada pendidikan moral. Karena bila harta dunia telah kita capai, apakah gunanya kepentingan moral dan etika ? Moral dan etika hanyalah sekedar basa-basi saja. Yang penting adalah kecerdasan dan intelektual serta kesenangan duniawi dan kemasyuran. Setelah tujuan tersebut kita capai, orang lain pasti menaruh hormat dan menundukkan kepala kepada kita.
Tetapi bila tujuan hidup kita baik dunia maupun akhirat demi keridhaan Allah, maka membimbing anak merupakan suatu hal yang teramat penting, dan tentu saja pendidikan anak kita tujukan terhadap titik tumpu dan tujuan yang diridhoi Allah, yakni agar menjadi manusia yang taqwa dan selamat sejahtera dunia akhirat.
Dengan demikian, maka bimbingan mestinya sinkron, antara dua tujuan, yaitu dunia dan akhirat, karena sabda Rasulullah SAW.
Artinya: “Bukan orang yang balk yang meninggalkan dunianya, karena meneari akhirat dan bukan orang yang baik yang meninggalkan akhirat karena dunianya. Artinya  Orang yang baik ialah yang mengumpulkan (menggabungkan) dunia dan akhirat. Sebaik baik alat penghubung yang dapat menyampaikan kamu ke akhirat ialah dunia. Dan janganlah kamu merepotkan orang lain. (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir).
Dengan demikian, kalau seseorang mempunyai anak dengan tujuan sekedar pelampiasan nafsu biologis saja, maka apakah bedanya dengan bangsa binatang? Orang yang baik selalu memperhitungkan laku perbuatannya di dalarn membimbing anaknya. Apakah Ia telah mengikuti garis lurus ataukah menyimpang dan jalan yang benar. Karena anak adalah suatu proyek dan sebagian hidup kita.
Jelaslah sudah bahwa tujuan hidup kita ialah lahirnya manusia-manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Untuk mencapai tujuan ini, maka bimbingan kepada manusia, sejak kanak-kanak merupakan syarat mutlak bagi suatu keluarga. Beban ini tidak bisa tawar-menawar lagi, karena merupakan sebagian dan hidup dan merupakan sebagian dan bukti ketaqwaannya kepada Allah SWT. Dalam hal ini, ia berarti telah melaksanakan fungsinya, yaitu beribadah kepada Allah SWT, dalam arti yang seluas-luasnya, sesuai dengan firrnan Allah SWT:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan fin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku” (Q.S. 51 . 56).
Dengan melihat uraian atas, Anda telah memahami tujuan hidup manusia yang dalam pencapaian tujuan tersebut ternyata pendidikan memegang peranan amat penting, terutama pendidikan yang berkaitan dengan moral, etika, dan budi pekerti yang luhur.
Masalah berikutnya adalah bagaimana langkah-langkah atau cara-cara yang harus ditempuh dalam mewujudkan tujuan tersebut melalui pendidikan.
Untuk mencapai kebutuhan hidup, manusia mau tidak mau ia harus menjalin hubungam dengan orang lain yaitu melakukan kerjasama, tolong-menolong, saling menghormati dan menasihati. Hal tersebut dilakukan dengan cara-cara yang sudah diatur dalam agama seperti adab kesipanan atau akhlakul karimah dengan tetangga, guru, orang tua,: teman dan sebagainya.
Dengan cara demikian, manusia akan mencapai arti dan hakekat idupnya berupa kebahagtaan yang hakiki, lahiriah dan batiniah Dengan itu kemudian manusia dapat dengan tenang melaksanakan tujuan hidupnya yaitu melakukan penmgabdian kepada Allah
Memelihara Kelestarian Alam Sekitarnya
Alam dan isinya diciptakn Allah untuk kepentingan manusia Allah maha adil lagi maha bijaksana. Sebelum menciptakan manusia Ia telah menciptakan langit dan bumi lengkap dengan isinya untuk kepentingan manusia. Selain itu Allah telah pula melengkapi manusia dengan akal. Dengan akal manusia dapat memanfaatkan alam lingkungannya dan untuk kesejahteraan hidupnya. Dengan demikian manusia dapat memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat kelah.
Di negara kita yang subur ini Allah telah menganugerahkan berbagai jenis tumbuhan dan binatang yang dapat kita manfaatkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk tumbuhan dapat kita ambil obat-obatan, rumah,dan makanan sehari-hari dan sebagainya. Allah menyediakan kekayaan yang tidak terdapat di daerah lain, semua di serahkan kepada manusia. Allah sudah memberikan akal kepada manusia. Mampu dan maukah manusia menggunakan akalnya ? jawabnya ada pada manusia itu sendiri
“ Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan”.
Allah telah menurunkan nikmatnya begitu banyak tidak mungkin manusia dapat menghitungnya. Oleh karena itu manusia wajib bersyukur kepada-Nya dengan cara menjaganya agar kelestariannya tetap terjaga. Jika salah satu bagian terganggu maka akan mempengaruhi bagian yang lain.
Manusia dapat memanfaatkan alam sekitarnya untuk kebutuhan hidupnya dengan tanpa merusaknya agar Allah tetap lestari. Jika kita syukuri maka akan limpahkan nikmat Allah kepada kita.


















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masih terlalu banyak hal-hal yang belum terpenuhi dari kebutuhan manusia di muka bumi ini sebagai mana sifat manusia yang tidak pernah merasa puas dengan hasil kerja kerasnya, hal ini adalah salah satu Qodrat manusia yang diciptakan untuk tidak saling melepaskan antara satu dengan yang lainnya, keterkaitan ini adalah merupakan simbol bahwa manusia itu diciptakan agar saling mengenal, menyanyangi, mengayomi, memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. Sebagai makhluk yang paling sempurna yang dilengkapi akal dan fikiran maka sangat wajar jika manusia juga memikirkan sesama dan alam sekitarnya. Untuk kelangsungan hidup yang lebih mapan tanpa harus saling menjatuhkan dan menindas kaum yang lemah.
Kritik dan saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekeliruan didalamnya serta tidak terstrukturnya pola pembahasan yang kami paparkan. Satu hal yang kami pahami bahwa tiada manusia yang sempurna tanpa kesalahan dengan segala yang dimilikinya. Oleh karena itu demi kesempurnaan isi makalah ini, dengan segala kerendahan hati kami memerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun, berpijak dari itu makalah yang sederhana ini dapat menambah wawasan keilmuan terutama generasi Islam di masa yang akan datang.


No comments:

Post a Comment