Makalah Bp/Bk Tentang Buly
Di Susun Oleh :
KELOMPOK 5
-
PIONA C.B
-
DELVA .P
-
SINTIA .R
-
TINA .S
-
WAHYU .S
-
REPALDO
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN
OLAHRAGA
SMAN 7 BENGKULU SELATAN
2019
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah memberikan izin dan kekuatan kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Bullying di Kalangan Remaja” tepat pada
waktunya.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Sosiologi.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan kelemahannya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan
saya. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat. Amin.
DAFTAR
ISI
1.
KATA PENGANTAR………………………………………………………….......
|
|
2.
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
|
|
3.
BAB I (PENDAHULUAN)………………………………………………………..
|
|
1.1.
Latar Belakang………………………………………………………………..
|
|
1.2.
Tujuan…………...……………………………………………………………
|
|
4.
BAB II (LANDASAN TEORI)..…………………………………………………...
|
|
2.1.
Pengertian Bullying……….………………………………………………….
|
|
2.2.
Cyberbullying………………………….……………………………………..
|
|
2.3.
Penyebab Bullying……………………………………………………………
|
|
2.4.
Dampak Bullying……………………………………………………………..
|
|
2.5.
Cara Mengatasi Bullying……………………………………………………..
|
|
2.6.
Pentingnya Bimbingan Konseling di Sekolah………………………………..
|
|
5.
BAB III (PEMBAHASAN)………………………………………………………...
|
|
6.
BAB IV (PENUTUP)………………………………………………………………
|
|
4.1.
Kesimpulan…………………………………………………………………...
|
|
4.2.
Usul dan Saran………………………………………………………………..
|
|
5.
DAFTAR PUSTAKA….…………………………………………………………...
|
|
6.
LAMPIRAN………………………………………………………………………..
|
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini kasus akibat kekerasan
makin sering ditemui, seperti perkelahian atau tawuran antar pelajar. Selain
tawuran antar pelajar, sebenarnya ada bentuk-bentuk perilaku kekerasan oleh
siswa yang tidak begitu mendapat perhatian, seperti pengucilan teman dan
pemalakan terhadap teman, yang biasa disebut dengan bullying. Bullying ini
dapat dilakukan secara fisik maupun non fisik. Bullying juga dapat dilakukan
melalui apa saja, media social maupun dilakukan secara langsung. Hal ini dapat
mengakibatkan pelajar malas atau trauma untuk pergi ke sekolah dan berinteraksi
karena takut akan hal-hal seperti itu. Hal ini sangat berbahaya karena dapat
merugikan korban bullying dan bahkan dapat menyebabkan korban bunuh diri atau
kematian terhadap korban. Sehingga, masalah bullying yang marak terjadi
sekarang ini seharusnya mendapat perhatian khusus.
1.2.
TUJUAN
1.
Mempengaruhi masyarakat untuk tidak
melakukan bullying.
2. Menyadarkan
masyarakat untuk memberikan perhatian khusus terhadap aksi bullying.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. PENGERTIAN BULLYING
Bullying
berasal dari kata bully yang berarti menggertak dan mengganggu. Riauskina,
Djuwita, dan Soesetio mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif
kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/kelompok
siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan
tujuan menyakiti orang tersebut.
Bullying
kemudian dikelompokkan menjadi 5 kategori, antara lain :
1. Kontak
fisik langsung (memukul, mendorong, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras
dan merusak barang-barang yang dimliki orang lain).
2. Kontak
verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi
panggilan nama (name–calling), sarkasme, merendahkan (put-down),
mencela/mengejek, mengintimidsi, mengejek, menyebarkan gosip).
3. Perlaku
non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan
ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai
oleh bullying fisik atau verbal).
4. Perilaku
non verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan
sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat
kaleng).
5. Pelecehan
seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).
Definisi
lain tentang bullying dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Bullying
adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya.
b. Bullying
sebagai penggunaan agresi dalam bentuk apapun yang bertujuan menyakiti ataupun
menyudutkan orang lain secara fisik maupun mental. Bullying dapat berupa
tindakan fisik,verbal, emosional, dan juga seksual.
c. Bullying
adalah bentuk-bentuk perilaku berupa pemaksaan atau usaha menyakiti secara
fisik maupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang lebih lemah oleh
seseorang atau sekelompok orang yang mempersiakannya lebih kuat.
Terjadinya
bullying di sekolah menurut Salmivalli dan kawan-kawan merupakan proses
dinamika kelompok dan di dalamnya ada pembagian peran. Peran-peran tersebut
adalah bully, asisten bully, reinfocer, defender, dan outsider.
Bully
yaitu siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin, berinisiatif dan aktif
terlibat dalam perilaku bullying.
Asisten bully,
juga terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun ia cenderung bergantung atau
mengikuti perintah bully.
Rinfocer
adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan,
mentertawakan korban, memprofokasi bully, mengajak siswa lain untuk menonton
dan sebagainya.
Defender
adalah orang-orang yang berusaha membela dan membantukorban, sering kali
akhirnya mereka menjadi korban juga.
Outsider
adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun tidak melaukan apapun,
seolah-olah tidak peduli.
2.2. CYBERBULLYING
Cyber bullying adalah segala bentuk kekerasan yang dialami
anak atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia cyber atau
internet. Cyber bullying adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja
diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain
melalui media internet, teknologi digital atau telepon seluler. Bentuk dan metode tindakan cyber bullying amat beragam. Bisa
berupa pesan ancaman melalui e-mail, mengunggah foto yang mempermalukan korban,
membuat situs web untuk menyebar fitnah dan mengolok-olok korban hingga
mengakses akun jejaring sosial orang lain untuk mengancam korban dan membuat
masalah. Motivasi pelakunya juga beragam.Ada yang melakukannya karena marah dan
ingin balas dendam, frustrasi, ingin mencari perhatian bahkan ada pula yang
menjadikannya sekedar hiburan pengisi waktu luang.Tidak jarang, motivasinya
kadang-kadang hanya ingin bercanda.
Cyber bullying yang berkepanjangan
bisa mematikan rasa percaya diri anak, membuat anak menjadi murung, khawatir,
selalu merasa bersalah atau gagal karena tidak mampu mengatasi sendiri
gangguan yang menimpanya. Bahkan ada pula korban cyber bullying yang
berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena tak tahan lagi diganggu! Remaja
korban cyber bullying akan mengalami stress yang bisa memicunya melakukan
tindakan-tindakan rawan masalah seperti mencontek, membolos, lari dari rumah,
dan bahkan minum minuman keras atau menggunakan narkoba.
Anak-anak atau remaja pelaku cyber bullying biasanya memilih
untuk menganggu anak lain yang dianggap lebih lemah, tak suka melawan dan tak
bisa membela diri. Pelakunya sendiri biasanya adalah anak-anak yang ingin
berkuasa atau senang mendominasi.Anak-anak ini biasanya merasa lebih hebat,
berstatus sosial lebih tinggi dan lebih populer di kalangan teman-teman
sebayanya. Sedangkan korbannya biasanya anak-anak atau remaja yang sering
diejek dan dipermalukan karena penampilan mereka, warna kulit, keluarga mereka,
atau cara mereka bertingkah laku di sekolah. Namun bisa juga si korban
cyber bullying justru adalah anak yang populer, pintar, dan menonjol di sekolah
sehingga membuat iri teman sebayanya yang menjadi pelaku.
Cyber
bullying lebih mudah dilakukan daripada kekerasan konvensional karena si pelaku
tidak perlu berhadapan muka dengan orang lain yang menjadi targetnya. Mereka
bisa mengatakan hal-hal yang buruk dan dengan mudah mengintimidasi korbannya
karena mereka berada di belakang layar komputer atau menatap layar telelpon
seluler tanpa harus melihat akibat yang ditimbulkan pada diri korban. Peristiwa
cyber bullying juga tidak mudah diidentifikasikan orang lain, seperti orang tua
atau guru karena tidak jarang anak-anak remaja ini juga mempunyai kode-kode
berupa singkatan kata atau emoticon internet yang tidak dapat dimengerti selain
oleh mereka sendiri.
2.3. PENYEBAB BULLYING
Banyak
sekali factor mengapa seseorang melakukan bullying. Pada umumnya orang
melakukan bullying karena merasa tertekan, terancam, terhina, dendam, dan lain
sebagainya. Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan yang
membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi,
seperti lingkungan rumah yang tidak harmonis karena adanya pertengkaran
orangtua atau broken home, kekerasan yang dilakukan orangtua terhadap anaknya,
perlakuan orangtua yang terlalu mengekang anaknya.
Sementara
itu Psikolog Clara Wriswanto dari Jagadnita Counseling mengemukakan bahwa
penyebab seseorang menjadi pelaku “bullying” bisa dari berbagai faktor seperti
orang tua yang terlalu memanjakan anaknya, keadaan keluarga yang berantakan
sehingga diri anak tersisihkan, atau hanya karena anak tersebut meniru perilaku
“bullying” dari kelompok pergaulannya serta tayangan bernuansa kekerasan di
internet atau televisi.
Selain
itu, lingkungan sekitar rumah juga berpengaruh besar terhadap perilaku bullying
ini, misalnya anak hidup pada lingkungan orang yang suka berkelahi atau
bermusuhan, berlaku tidak sesuai norma yang ada, maka akan mudah meniru
perilaku dari lingkungan tersebut dan merasa tidak bersalah.
Lingkungan
sekolah juga bisa menjadi factor penyebab aksi bullying, misalnya guru berbuat
kasar terhadap siswa, guru yang kurang memperhatikan kondisi anak, teman yang
sering mengejek atau menghina, dan lain sebagainya.
Faktor
lain yang berpengaruh cukup kuat terhadap anak untuk berbuat bullying yaitu
adanya tayangan televisi yang sering mempertontonkan kekerasan dalam sinetron atau film atau acara lain
seperti acara sidik, berita utama dan lain sebagainya.
2.4. DAMPAK BULLYING
Menurut
Psikolog Ratna Juwita, siswa korban bullying akan mengalami permasalhan
kesulitan dalam membina hubungan interpersonal dengan orang lain dan jarang
datang ke sekolah. Akibatnya, mereka (korban bullying) ketinggalan pelajaran
dan sulit berkonsentrasi dalam belajar sehingga hal tersebut mempengaruhi
kesehatan fisik dan mental baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Beberapa
hal yang bisa menjadi indikasi awal bahwa anak mungkin sedang mengalami
bullying di sekolah :
·
Kesulitan untuk tidur
·
Mengompol di tempat tidur
·
Mengeluh sakit kepala atau perut
·
Tidak nafsu makan atau muntah-muntah
·
Takut pergi ke sekolah
·
Sering perg ke UKS
·
Menangis sebelum atau sesudah bersekolah
·
Tidak tertarik pada aktivitas sosial
yang melibatkan murid lain
·
Sering mengeluh sakit sebelum pergi ke
sekolah
·
Sering mengeluh sakit pada gurunya, dan
ingin orang tua ingin segera
·
menjemput pulang.
·
Harga diri yang rendah
·
Perubahan drastis pada sikap, cara
berpakaian, atau kebiasaannya
·
Lecet luka
Dari penelitian Riauskima dkk
mengemukakan ketika mengalami bullying korban merasakan banyak emosi negatif
seperti marah, dendam, kesal, tertekan,takut, malu dan sedih).Yang paling
ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan
psikologis pada korban bullying seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa
takut, depresi, ingin bunuh diri dan gejala-gejala gangguan stres pasca trauma
(post trumatic stress disoder). Anak yang menjadi korban bullying atau tindakan
kekerasan fisik, verbal ataupun psikologis di sekolah akan mengalami trauma
besar dan depresi yang akhirnya bisa menyebabkan gangguan mental di masa yang
akan datang. Gejala-gejala kelainan mental yang biasanya muncul pada masa
kanak-kanak secara umum terbukti anak tumbuh menjadi orang yang pencemas, sulit
berkonsentrasi, mudah gugup dan takut, hingga tak bisa bicara.
Beberapa hal yang menjadi tanda-tanda
anak korban bullying :
·
Kesulitan dalam bergaul
·
Merasa takut datang ke sekolah sehingga
sering bolos
·
Ketinggalan pelajaran
·
Mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam
mengikuti pelajaran
·
Kesehatan fisik dan mental (jangka
pendek/jangka panjang) akan terpengaruh
2.5. CARA MENGATASI BULLYING
Pencegahan
agar anak tidak menjadi pelaku bullying orang tua harus mampu mengembangkan
kecerdasan emosional anak sejak dini. Ajarkan anak untuk memliki rasa empati,
menghargai orang lain, dan menyadarkan sang anak bahwa dirinya adalah mahluk
sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
Pemerintah
seharusnya memiliki program yang tegas, jelas, dan terarah. Kalau kita diam
saja, maka itu sama saja melegalkan tradisi dendam di sekolah tersebut.
Untuk
mengatasi dan mencegah masalah bullying diperlukan kebijakan yang bersifat
menyeluruh di sekolah, sebuah kebijakan yang melibatkan komponen dari guru
sampai siswa, dari kepala sekolah sampai orang tua murid, kerja sama antara
guru,orang tua dan masyarakat atau pihak lain yang terkait seperti kepolisian,
aparat hukum dan sebagainya.
Peran
orang tua di rumah harus mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan anak-anak
dan membekali anak dengan pemahaman agama yang cukup dan menanamkan ahlakul
karimah yang selalu dilaksanakan di lingkungan rumah, karena anak akan selalu
meniru perilaku orangtua. Pemberian teladan kepada anak akan lebih baik dari
memberi nasihat.
Salah
satu cara yang bisa dilakukan oleh sekolah ialah membuat sebuah program anti
bullying di sekolah. Meurut Huneck bullying akan terus terjadi di
sekolah-sekolah, apabila orang dewasa tidak dapat membina hubungan saling percaya
dengan siswa, tidak menyadari tingkah laku yang masuk tindakan bullying, tidak
menyadari luka yang disebabkan oleh bullying, tidak menyadari dampak bullying
yang merusak kegiatan belajar siswa, serta tidak ada campur tangan secara
efektif dari sekolah. Adapun kegunaan dari program serta kegiatan anti bully di
sekolah antara lain:
·
Menanamkan pengertian bahwa rasa aman
adalah hak dan milik semua orang
·
Menyadarkan semua orang di sekolah bahwa
tindakan bullying dalam bentuk apapun tidak dapat ditolelir
·
Membekali siswa untuk membuat keputusan
·
Membantu siswa membentuk lingkaran orang
yang mereka percayai
Kegiatan
yang dapat dilakukan selama program ini, antara lain :
1. Brainstorming
dan diskusi
2. Kegiatan
menggunakan lembar kerja
3. Membaca
buku cerita yang berhubungan dengan bullying
4. Membuat
gambar, kolase, poster mengenai pencegahan bullying
5. Bermain
drama
6. Berbagi
cerita dengan orang tua di rumah
7. Menulis
puisi
8. Menyanyikan
lagu anti bullying dengan lirik yang sudah di rubah dari lagu populer
9. Bermain
teater boneka
Beberapa
tips mencegah terjadinya bullying :
1. Berikan
mereka alternatif komunitas yang mengakuinya
Pada
dasarnya setiap manusia membutuhkan pengakuan atas keberadaan dirinya, terlebih
pada usia remaja yang sedang dalam masa transisi dan krisis identitas, para
remaja lebih senang berkumpul dengan teman-teman sebaya yang menurutnya lebih
bisa menerima dan senasib dan sepenanggungan. Oleh karena itu kewajiban kita
untuk memberikan alternatif komunitas yang positif dan tetap memenuhi kriteria
penerimaan identitas para remaja, misalnya buat perkumplan pecinta alam atau
wira usaha yang sesuai dengan keiginannya. Membuat kelompok band, atau kelompok
kesenian dan sebagainya.
2. Putus
mata rantai pelaku dan budaya bullying
Biasanya
budaya bullying diwariskan dengan sistem kaderisasi yang kuat, motivasi
senioritas adalah faktor yang terkuatnya. Untuk menghindari gejala tersebut
sebaiknya bimbinglah para remaja dengan cara mengadakan kegiatan bersama antara
generasi tersebut maupun alumninya dan buatlah suatu ikatan supaya terbentuk
jalinan. Persaudaraan yang akan melahirkan kesadaran bahwa senior harus
membimbing dan para junior harus menghormati seniornya.
3. Ajarkan
cara mengantisipasi kekerasan bukan melakukannya
Latihan
bela diri misalnya merupakan salah satu alternatif pembentukan mental spiritual
dan jasmani yang kuat.
4. Tingkatkan
kepedulian lingkungan sosial untuk mencegah praktek bullying
Sudah
waktunya masyarakat ikut peduli dan melakukan pencegahan atas praktek bullying
yang terjadi di lingkungannya.
5. Dukung
gerakan diet siaran televisi
Batasi
anak-anak dan remaja menonton televisi, karena acara dan penampilan yang
disiarkan televisi ikut membentuk masyarakat pengaksesnya.
Berikut
merupakan saran bagi anak yang berisiko terkena bullying :
·
Jangan membawa barang mahal-mahal dan
uang berlebihan.
·
Jangan sendirian. Kalau memungkinkan,
beradalah di lingkungan yang dekat dengan guru atau orang dewasa lainnya yang
dapat mengawasi anda. Atau lebih baik jika anda bersama teman-teman.
·
Jangan cari gara-gara dengan pelaku
bullying.
·
Jika suatu saat menjadi korban bullying,
kuncinya adalah tetaplah percaya diri.
·
Anda harus berani melapor kepada guru,
orang tua, atau orang dewasa lainnya yang anda percayai.
Pihak
kepolisian bekerja sama dengan sekolah dengan cara mengadakan penyuluhan ke
sekolah sekolah tentang bahaya dari bullying, dan memberikan sanksi dari mulai
yang ringan seperti di skors beberapa waktu sampai dengan pemecatan dari
sekolah. Begitu juga kerja sama dengan pihak kehakiman bagaimanakah proses
persidangan, tuntutan serta keputusan yang akan dan telah diambil bagi pelaku
bullying itu. Bagi pelaku bullying dari pihak guru, sekolah atau pihak- pihak
lain jangan ragu-ragu untuk menindak dengan tegas supaya keadilan dapat di
tegakkan di negeri ini dan guru tersadar atas semua kesalahannya, sehingga
tidak terjadi lagi korban-korban bullying berikutnya.
2.6. PENTINGNYA BIMBINGAN KONSELING
DI SEKOLAH
Depdikbud
menjelaskan bahwa tujuan layanan bimbingan di sekolah dasar adalah untuk
membantu siswa agar dapat memenuhi tugas –tugas perkembangan yang meliputi
aspek-aspek pribadi, pendidikan dan karir sesuai tuntutan lingkungan.
Dalam
aspek perkembangan social pribadi, layanan bimbingan membantu siswa agar :
a. Memiliki
pemahaman diri.
b. Mengembangkan
sikap positif.
c. Membuat
pilihan kegiatan secara sehat.
d. Mampu
menghargai orang lain.
e. Memiliki
rasa tanggung jawab.
f. Mengembangkan
ketrampilan hubungan antar pribadi.
g. Dapat
menyelesaikan masalah.
h. Dapat
membantu membuat keputusan secara baik.
Dalam
aspek perkembangan pendidikan, layanan bimbingan membantu siswa agar :
a. Melaksanakan
cara-cara belajar yang benar.
b. Menetapkan
rencana dan tujuan pendidikan.
c. Mencapai
prestasi belajar secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
d. Memiliki
ketrampilan untuk menghadapi ujian.
Selanjutnya
Rochman Natawidjaja mengemukakan bahwa peran bimbingan seorang guru sebagai
penyesuaian interaksional dalam proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai
perlakuan guru terhadap siswa dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Perlakuan
terhadap siswa sebagai individu yang memliki potensi untuk berkembang dan maju
serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
2) Sikap
positif dan wajar terhadap siswa. Dalam melaksanakan peran bimbingan itu guru
tidak menjauhkan diri dari siswa, tetapi tidak pula terikat secara sentimentil
kepada siswa.
3) Perlakuan
terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, dan menyenangkan
4) Pemahaman
siswa secara empatik
5) Penghargaan
terhadap martabat siswa sebagai individu
6) Penampilan
diri secara asli di depan siswa
7) Kekongkritan
dalam menyatakan diri
8) Penerimaan
siswa secara apa adanya
9) Perlakuan
terhadap siswa secara permisive
10) Kepekaan
terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dalam membantu siswa untuk
menyadari perasaannya itu.
11) Kesadaran
bahwa tujuan mengaja bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan
pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang
lebih dewasa.
BAB
III
PEMBAHASAN
Bullying
adalah tindakan di mana satu orang atau lebih mencoba untuk menyakiti atau
mengontrol orang lain dengan cara kekerasan. Bullying tidak hanya dilakukan
secara langsung. Namun, bullying juga dapat dilakukan melalui media social atau
internet, yang disebut Cyberbullying.
Jenis
bullying ada 5 kategori, antara lain :
1) Kontak
fisik langsung (memukul, mendorong, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras
dan merusak barang-barang yang dimliki orang lain).
2) Kontak
verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi
panggilan nama (name–calling), sarkasme, merendahkan (put-down),
mencela/mengejek, mengintimidsi, mengejek, menyebarkan gosip).
3) Perilaku
non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan
ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai
oleh bullying fisik atau verbal).
4) Perilaku
non verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan
sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat
kaleng).
5) Pelecehan
seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).
Pada
umumnya orang melakukan bullying karena merasa tertekan, terancam, terhina,
dendam, dan lain sebagainya. Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan
lingkungan yang membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan kurang mampu
mengendalikan emosi. Faktor lain yang berpengaruh cukup kuat terhadap anak
untuk berbuat bullying yaitu adanya tayangan televisi yang sering
mempertontonkan kekerasan dalam sinetron
atau film atau acara lain seperti acara sidik, berita utama dan lain
sebagainya. Pencegahan agar anak tidak menjadi pelaku bullying orang tua harus
mampu mengembangkan kecerdasan emosional anak sejak dini. Sekolah dan
pemerintah juga harus bersikap tegas dalam menghadapi bullying. Sekolah dapat
mengadakan program anti bullying.
Bimbingan
konseling juga berperan penting dalam mencegah bullying. Bimbingan konseling
dapat membantu supaya siswa :
a) Memiliki
pemahaman diri.
b) Mengembangkan
sikap positif.
c) Membuat
pilihan kegiatan secara sehat.
d) Mampu
menghargai orang lain.
e) Memiliki
rasa tanggung jawab.
f) Mengembangkan
ketrampilan hubungan antar pribadi.
g) Dapat
menyelesaikan masalah.
h) Dapat
membantu membuat keputusan secara baik.
BAB
IV
PENUTUP
4.1.
KESIMPULAN
Bullying
adalah tindakan di mana satu orang atau lebih mencoba untuk menyakiti atau
mengontrol orang lain dengan cara kekerasan. Bullying tidak hanya dilakukan
secara langsung. Namun, bullying juga dapat dilakukan melalui media social atau
internet, yang disebut Cyberbullying. Bullying dibagi menjadi 5 kategori,
diantaranya kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, perilaku non-verbal
langsung, perilaku non-verbal tidak langsung, dan pelecehan seksual.
Pada
umumnya orang melakukan bullying karena merasa tertekan, terancam, terhina,
dendam, dan lain sebagainya. Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan
yang membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan
emosi, juga diakibatkan tayangan televisi yang dapat mempengaruhi remaja.
Pencegahan
terhadap bullying dapat dimulai melalui orangtua dengan mengajarkan kecerdasan
emosional sejak dini dan dapat dilakukan oleh sekolah dan pemerintah, seperti
program anti bullying. Adanya bimbingan konseling juga berpengaruh penting
dalam mencegah adanya bullying.
4.2.
USUL DAN SARAN
1)
Saya mengusulkan supaya pemerintah
memberi perhatian lebih terhadap kasus bullying, karena sekarang ini sebagian
besar remaja melakukan bullying.
2)
Saya juga mengusulkan supaya sekolah
dapat memilih guru dengan benar, supaya dapat membimbing siswa dan
memperhatikan siswa. Tidak hanya memarahi siswa yang malah akan menyebabkan
aksi bullying.
DAFTAR
PUSTAKA
Dra. Ehan. Bullying dalam Pendidikan. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707121984032-EHAN/BULLYING_DALAM_PENDIDIKAN.pdf
Tisha. Astri. 2012. Apa sih, Bullying itu?. http://www.kawankumagz.com/read/apa-sih-bullying-itu
Anonymous. 2012. Cyberbullying. http://cyberbullying126e27.blogspot.com/